ChatGPT Jauh Lebih Unggul dari Dokter dalam Mendiagnosis Depresi
JOURON -- Ada temuan menarik dari satu artikel di situs the Conversation. Mesin kecerdasan buatan (AI) milik OpenAI, ChatGPT, ternyata lebih baik dalam mendiagnosis penyakit depresi dibandingkan dokter.
ChatGPT juga mampu memberikan resep yang sesuai dengan standar medis, yang berbeda seperti diberikan dokter dalam menangani depresi.
The Conversation menyebut ini sangat mengejutkan. Ditulis, para ilmuwan telah membandingkan diagnosis dan rekomendasi medis ChatGPT dengan dokter di kehidupan nyata dengan hasil yang mengejutkan.
Ketika diberikan informasi tentang pasien fiktif dengan tingkat keparahan depresi, jenis kelamin, dan status sosial ekonomi yang bervariasi, ChatGPT sebagian besar merekomendasikan terapi bicara kepada pasien depresi. Sebaliknya, dokter merekomendasikan antidepresan.
Pedoman AS, Inggris, dan Australia merekomendasikan terapi bicara sebagai pilihan pengobatan pertama sebelum pengobatan, terutama memberikan pil dan obat-obat antidepresi.
Hal ini menunjukkan bahwa ChatGPT cenderung mengikuti pedoman klinis, sedangkan dokter cenderung meresepkan antidepresan secara berlebihan.
ChatGPT juga tidak terlalu terpengaruh oleh bias jenis kelamin dan sosio-ekonomi, sementara dokter secara statistik lebih cenderung meresepkan antidepresan kepada laki-laki, terutama mereka yang bekerja di kantor.
ChatGPT merupakan mesin AI yang bekerja menyerupai manusia dalam membedah satu masalah. Dalam kasus depresi ini, ChatGPT mampu menganalisis dengan dalam dari beragam kasus dan riset depresi.