1-1-1, Konsep Mengelola Keuangan ala Sahabat Nabi
Jangan sampai mengalami kondisi lebih besar pasak dari tiang, atau bahkan tidak memiliki dana tabungan untuk digunakan di saat darurat. Inilah pentingnya mengelola keuangan dengan benar.
Pengelolaan keuangan akan menentukan kehidupan kita di masa kini maupun yang akan datang. Saat ini sudah banyak tata cara atau panduan mengelola keuangan yang bisa digunakan. Tapi pernahkah mendengar rumus 1-1-1 yang dijalankan oleh sahabat Rasulullah bernama Salman al Farisi?
Pola ini relatif lebih sederhana dan mudah dipahami karena membagi rata semua pendapatan kita ke dalam tiga pos yang sudah ditentukan. Sahabat Rasulullah yang berasal dari Persia ini membagi pos yang pertama untuk kebutuhan keluarga, pos kedua adalah bersedekah, sedangkan dan pos ketiga adalah untuk modal usaha.
Semua berawal ketika Salman al Farisi datang menghadap Rasulullah SAW. Saat itu ia mengeluhkan keadaannya yang kesulitan secara finansial. Lalu Rasul bertanya apakah ia punya sesuatu untuk dijual. Salman al Farisi kemudian menjawab bahwa ia memiliki kain untuk selimut dan cangkir untuk minum. Rasul kemudian melelang dua barang itu, sampai terjual kepada penawar tertinggi sebesar dua dirham.
Beliau kemudian menyerahkan hasil lelang sebesar dua dirham tersebut kepada Salman al Farisi. ''Yang satu dirham belikan untuk makan keluarga, satu dirham lagi untuk kau belikan kapak. Lalu kembalilah ke sini,'' ujar Rasulullah. Setelah membelikan makanan untuk keluarganya, Salman al Farisi kembali ke hadapan Rasulullah sambil membawa kapak. Kemudian Rasulullah menyuruhnya untuk mencari kayu bakar dengan menggunakan kapak tersebut.
Hari berganti, Salman al Farisi kembali menghadap Rasulullah dengan hati gembira, karena ternyata ia telah mendapatkan uang sebesar 10 dirham dari hasil usahanya dan kini tidak lagi mengalami kesulitan keuangan untuk menafkahi keluarganya.
Apa yang dilakukan Salman al Farisi hingga asetnya bertambah? Rupanya ia menjalankan rumus 1-1-1 dalam mengelola keuangan. Sebesar 1/3 dananya dialokasikan untuk kebutuhan keluarga, 1/3-nya untuk berbagi, dan sebesar 1/3 sisanya digunakan sebagai modal usaha.
Singkat kata, dari uang sebesar 3 dirham, ia mengalokasikan sebesar 1 dirham untuk kebutuhan keluargam, sebesar 1 dirham disedekahkan dan 1 dirham sebagai modal usaha. Bermodalkan uang 1 dirham ini, ia membuat anyaman yang kemudian dijualnya seharga 3 dirham. Dengan pola perencanaan keuangan 1-1-1 ini, ia bisa memiliki ladang sendiri.
Bagaimana aplikasinya untuk kehidupan kita saat ini? Sama saja. Bagi pendapatan menjadi tiga pos di atas. Pos pertama adalah pengeluaran rutin kita. Sebut saja biaya sekolah, biaya makan, tagihan listrik, tagihan telepon dan kebutuhan bulanan keluarga lainnya.
Pos selanjutnya adalah sedekah. Ini yang membedakan konsep pengelolaan keuangan ala Salman al Farisi dengan konsep yang saat ini banyak ditemui. Jika dihitung secara matematis, mengeluarkan sesuatu berarti mengurangi jumlah yan kita miliki. Tapi kenapa ada alokasi khusus untuk sedekah? Karena ini sejalan dengan konsep Islam bahwa sedekah memberikan keberkahan pada harta. Sebagaimana yang disabdakan Rasulullah:
“Harta tidak akan berkurang dengan sedekah. Dan seorang hamba yang pemaaf pasti akan Allah tambahkan kewibawaan baginya,” (HR Muslim).
Lantas pos yang ketiga adalah mengembangkan sepertiga pendapatan untuk modal usaha. Pos ini bisa diartikan juga sebagai investasi atau menabung. Jika tidak memiliki usaha untuk dikembangkan, carilah produk investasi untuk mengembangkan dana yang kita miliki agar berkembang nilainya. Pastikan untuk memilih produk investasi yang sesuai dengan profi resiko diri kita masing-masing dan berinvestasi pada lembaga yang diakui oleh otoritas keuangan terkait.
Yang menarik dari konsep keuangan ala Salman al Farisi ini, kita bisa merasakan nilai-nilai yang sesuai dengan ajaran Islam. Dari total pendapatan, hanya 1/3 yang dialokasikan untuk kebutuhan pribadi. Nilai yang bisa kita petik adalah bahwa ajaran Islam mengajarkan kita untuk tidak hidup secara boros dan berlebihan.
“Dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros. Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara syaitan dan syaitan itu adalah sangat ingkar kepada Rabbnya.” (QS. Al-Isra’: 26-27).
BACA ARTIKEL KEREN LAINNYA: Mau Investasi Emas tapi Uang Pas-pasan? Bisa Banget Kok!
Nilai filosofis lain yang bisa kita petik adalah betapa pentingnya untuk berbagi. Sebagai mahluk sosial, kita memiliki tanggung jawab untuk membantu sesama, khususnya mereka yang memiliki kekurangan. Harta yang kita miliki hendaknya tidak hanya dinikmati sendiri, melainkan juga disedekahkan pada mereka yang membutuhkan. Itulah sebabnya ada pos khusus sedekah dalam konsep pengelolaan keuangan ala Salman al Farisi ini.
Terakhir, dari pos terakhir kita seperti diingatkan untuk rajin menabung dan tidak konsumtif. Bagaimana pun, kita tidak pernah tahu apa yang akan terjadi di masa depan. Menyisihkan 1/3 bagian pendapatan untuk modal usaha atau investasi adalah bagian dari upaya untuk mempersiapkan masa depan.