AI Mampu Mendiagnosis Depresi Lebih Baik dari Dokter, Beri Solusi Juga
AI dengan MRI, Media Sosial, dan Smart Watch
Studi yang menggunakan data magnetic resonance imaging (MRI) tentang fungsi otak saat istirahat juga dapat memprediksi depresi dengan benar lebih dari 80% kasus.
Namun, menggabungkan informasi fungsional dan struktural dari MRI memberikan akurasi terbaik, memprediksi depresi dengan tepat pada lebih dari 93% kasus. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan berbagai teknik pencitraan otak dengan AI untuk mendeteksi depresi mungkin merupakan cara yang paling tepat untuk maju.
Alat AI berbasis MRI saat ini hanya digunakan untuk tujuan penelitian. Namun karena pemindaian MRI menjadi lebih murah, lebih cepat, dan lebih portabel, kemungkinan besar teknologi semacam ini akan segera menjadi bagian dari peralatan dokter Anda, membantu mereka meningkatkan diagnosis dan meningkatkan perawatan pasien.
Meskipun penerapan AI berbasis MRI cukup menjanjikan, metode yang lebih sederhana dan mudah untuk mendeteksi depresi mungkin sudah tersedia.
Perangkat yang dapat dikenakan seperti jam tangan pintar sedang diselidiki kemampuannya dalam mendeteksi dan memprediksi depresi. Jam tangan pintar sangat berguna karena dapat mengumpulkan berbagai macam data termasuk detak jantung, jumlah langkah, laju metabolisme, data tidur, dan interaksi sosial.
Tinjauan baru-baru ini terhadap semua penelitian yang dilakukan sejauh ini mengenai penggunaan perangkat yang dapat dikenakan untuk menilai depresi menemukan bahwa 70-89% depresi diprediksi dengan tepat. Karena perangkat ini biasa digunakan dan dipakai sepanjang waktu, penelitian ini menunjukkan bahwa perangkat yang dapat dikenakan dapat memberikan data unik yang mungkin sulit dikumpulkan.
Namun ada beberapa kelemahannya, termasuk mahalnya harga perangkat pintar yang mungkin tidak dapat diakses oleh banyak orang. Faktor lainnya termasuk kemampuan perangkat pintar yang dipertanyakan dalam mendeteksi data biologis pada orang kulit berwarna dan kurangnya keragaman dalam populasi penelitian.
Penelitian juga beralih ke media sosial untuk mendeteksi depresi. Dengan menggunakan AI, para ilmuwan telah memperkirakan keberadaan dan tingkat keparahan depresi dari bahasa postingan kami dan keanggotaan komunitas di platform media sosial.
Kata-kata spesifik yang digunakan memperkirakan depresi dengan tingkat keberhasilan hingga 90% dalam bahasa Inggris dan Arab. Depresi juga berhasil dideteksi pada tahap awal dari emoji yang kita gunakan.