BI Singgung Lagi Ancaman Stagflasi, Parah Buat RI? Ini 5 Perbedaan Tajam Stagflasi dan Resesi
Terkadang resesi berbentuk L di mana ekonomi turun dan kemudian mandek di sana. Ketika resesi parah dalam hal kontraksi PDB dan meluas dalam jangka waktu yang lebih lama, itu berubah menjadi depresi.
Beda Resesi dan Stagflasi
Stagflasi dan resesi sama-sama menggambarkan kondisi ekonomi yang menurun dengan dampak bisnis yang negatif.
Pertama, stagflasi adalah periode pertumbuhan ekonomi yang stagnan dikombinasikan dengan inflasi yang tinggi dan pengangguran yang tinggi.
Resesi adalah periode di mana ekonomi menyusut; itu umumnya didefinisikan sebagai dua kuartal berturut-turut dari penurunan produk domestik bruto (PDB).
Kedua, stagflasi jarang terjadi tetapi dapat berlangsung lama dengan efek yang menghancurkan. Di AS, stagflasi terjadi dari tahun 1970-an hingga awal 1980-an.
Resesi terjadi secara berkala sebagai bagian dari siklus ekonomi khas ekspansi diikuti oleh kontraksi. AS telah mengalami selusin resesi sejak 1945, rata-rata masing-masing kurang dari satu tahun.
Ketiga, stagflasi selalu ditandai dengan tingginya inflasi. Sementara, resesi tidak selalu menunjukkan inflasi tinggi. Deflasi pun bisa mendorong resesi.
Keempat, dampak resesi jauh lebih dalam dibandingkan resesi. Ini mencakup jumlah orang miskin naik, PHK massal dan masif, daya beli hancur-hancuran, hingga nilai tukar menjadi sangat lemah.
Kelima, resesi umumnya dipicu oleh peristiwa atau kondisi tertentu. Kondisi tersebut dapat mencakup guncangan ekonomi, seperti lonjakan harga barang dan jasa, kenaikan suku bunga yang tajam, atau gelembung keuangan seperti gelembung harga real estat. Kebijakan moneter ketat mendorong resesi.
Stagflasi disebabkan pasokan barang yang terganggu dan naiknya harga-harga barang. Pelonggaran kebijakan moneter dan fiskal menjadi sebab stagflasi.
Dengan melihat pengertian dan perbedaan stagflasi versus resesi, posisi ekonomi Indonesia saat ini bisa terpetakan. Dengan tingkat inflasi hampir lima persen tahun ke tahun per Juli 2022, suku bunga naik, dan daya beli masih menjadi pekerjaan rumah, risiko stagflasi cukup ada di Indonesia.
Keuntungan Indonesia ada pada pertumbuhan ekonomi yang tergolong tinggi pada kuartal pertama dan kedua 2022 ini. Catatan pertumbuhan rata-rata di atas 5 persen itu menjadi pembeda Indonesia dengan negara-negara lain.
BACA JUGA: Stagflasi Ancam Indonesia? Ini 5 Tanda-Tandanya, No 5 Bikin Pusing Kepala!